Sukses

Langkah Pertamina Hadapi Harga Minyak Dunia Merosot

PT Pertamina juga membenahi tata kelola penyaluran, transportasi migas dan negosiasi ulang harga dengan kontraktor jasa.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia terus merosot bahkan menyentuh level US$ 27 dolar per barel. Hal tersebut berpengaruh pada kegiatan bisnis perusahaan yang bergerak pada sektor hulu perminyakan.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengatakan, ‎Pertamina mengkaji ulang kegiatan usahanya, untuk menutupi kerugian atas harga minyak dunia merosot.

"Kami review semua. Kami berharap di down stream juga dimaksimalkan untuk tutup kerugian di up stream ini," kata Dwi, di Jakarta, Rabu (20/1/2016).

Dwi menuturkan, Pertamina juga membenahi tata kelola penyaluran, transportasi migas‎ dan menegosiasi ulang harga dengan kontraktor jasa selain mengkaji rencana perusahaan.

"Yang di down stream dengan efisiensi di tata kelola, distribusi, transportasi. Renegosiasi dari beberapa kontrak jasa kita dengan yang lain serta kontrak persediaan minyak dengan yang lain," ujar dia.

Dwi menuturkan, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan langkah terakhir yang akan ditempuh Pertamina, untuk menghadapi harga minyak yang tertekan.
‎

"Langkah paling akhir kami bicara soal PHK. Tapi langkah sebelum paling akhir ada masalah kesejahteraan. Sampai akhir Januari kami akan coba cari proses bisnis yang lain. Nanti kalau tidak akan cari solusinya," ujar Dwi.

Sebelumnya, harga minyak dunia terus merosot dari kisaran US$ 110 pada 2014 menjadi sekitar US$ 28 pada pertengahan Januari 2016. Sejumlah lembaga keuangan internasional pun telah memangkas prediksi harga minyak.

Morgan Stanley memprediksi, harga minyak kemungkinan sentuh US$ 20 per barel. Hal itu terjadi jika China kembali melemahkan mata uangnya atau devaluasi.Demikian seperti dikutip dari laman BBC.

Sementara itu, Ekonom Royal Bank of Scotland memprediksi, harga minyak dapat jatuh ke level US$ 16. Bahkan Standard Chartered memperkirakan harga minyak dapat mencapai US$ 10 per barel.

Apa yang menyebabkan harga minyak dunia itu terus merosot? Sejumlah pihak menilai pasokan minyak berlebih dan sedikit permintaan membuat harga minyak tertekan. Ekonomi China melambat telah menahan permintaan untuk komoditas secara umum. Di sisi lain, Arab Saudi tetap menjaga pangsa pasar hingga enggan memangkas produksinya.

Di saat yang sama, Amerika Serikat (AS) sebagai produsen shale oil mengurangi impor sehingga menambah pasokan di global.

Perusahaan-perusahaan minyak besar seperti BP, Shell, Total dan Exxon Mobil pun harus memangkas investasi dan ribuan pekerna. Ekonom Charles Stanley Jeremy Batstone memperingatkan harga minyak tertekan dapat membebani perusahaan besar.(Pew/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini