Sukses

Zimbabwe Kehabisan Uang Tunai

Bank sentral Zimbabwe pun menerbitkan surat utang berdenominasi dolar AS atasi seretnya uang tunai.

Liputan6.com, Harare - Bank Zimbabwe kehabisan uang tunai sehingga memaksa pemerintah mulai mencetak mata uang versi sendiri dari dolar Amerika Serikat (AS).

Negara Afrika bagian selatan ini telah menggunakan mata uang negara asing yang berbeda, dan paling penting digunakan berdenominasi dolar AS. Hal itu lantaran sejak mata uang Zimbabwe jatuh pada 2009 selama masa hiperinflasi.

Pasokan dolar AS dalam jangka pendek telah berlangsung selama berbulan-bulan. Sisi lain penarikan uang tunai terus meningkat dalam beberapa minggu terakhir.

Harga komoditas global yang merosot dan kekeringan terjadi memukul ekspor negara itu. Kejadian itu membuat Zimbabwe sedikit mendapatkan dolar di luar negeri.

Ada bank tetap beroperasi seperti biasa dan juga ada beberapa bank yang nasabahnya mulai menarik uang sehingga bank tidak punya cukup uang di brankas mereka.

Bank sentral Zimbabwe pun melakukan usaha untuk atasi masalah itu dalam jangka pendek. Bank sentral Zimbabwe menerbitkan "bond notes" berdenominasi US$ 2, US$ 5, US$ 10, dan US$ 20. Negara ini memiliki koin bond yang juga dalam nilai dolar AS.

Salah satu warga Zimbabwe mengatakan kepada CNN Money, kalau dirinya kecewa dengan langkah pemerintah. "Saya sudah kesulitan dapatkan uang tunai dalam tiga hari. Ini menyakitkan," ujar dia.

Bank sentral juga membatasi penarikan US$ 1.000 per hari, dan mendorong masyarakat lebih banyak menggunakan euro dan mata uang Afrika Selatan rand. Namun, rand telah susut 20 persen terhadap dolar AS pada tahun lalu.

Ekonom dan anggota parlemen dari partai oposisi Zimbabwe Eddie Cross menilai kalau partai berkuasa membuat kondisi menjadi lebih buruk dengan menarik uang dari cadangan bank sentral.

"Ini menguras uang dari sistem. Sistem perbankan terancam runtuh, dan apa yang tersisa dari ekonomi kita," tulis dia dalam sebuah catatan seperti dikutip dari laman CNN Money, Minggu (8/5/2016).

Ia menambahkan, upaya membawa kembali mata uang lokal meski secara terbatas tidak akan diterima oleh pasar. Ekonomi Zimbabwe yang jatuh dapat membuat masyarakat harus membeli segala sesuatu mulai dari botol air hingga tusuk gigi ke luar negeri. Ini membuat dana terus mengalir ke luar negeri.

"Kita perlu memastikan untuk tetap mempertahankan posisi Zimbabwe sebagai pengekspor komoditas pertanian dan kebutuhan lainnya untuk memastikan arus kas yang masuk," tutur Ekonom Independen John Robertson.

Dana Moneter Internasional/International Monetary Fund (IMF) pun menyatakan ekonomi Zimbabwe semakin memburuk. Kegiatan ekonomi sangat dibatasi oleh kondisi likuiditas yang ketat akibat arus eksternal masuk terbatas dan harga komoditas rendah.

Kondisi cuaca pun dapat menambah buruk kondisi ekonomi negara itu. "Kekeringan, hujan tidak menentu, dan kenaikan suhu telah mengurangi hasil pertanian dan menganggu produksi dan pasokan air," tulis IMF. (Ahm/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.