Sukses

Harga Minyak Naik ke Posisi Tertinggi dalam 2 Bulan

Harga minyak sempat jatuh di awal sesi, di tengah kekhawatiran tentang bertambahnya output setelah data AS menunjukkan penurunan di produksi

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia naik ke posisi tertinggi dalam dua bulan, karena para pedagang fokus pada kemungkinan terjadinya kesepakatan antara negara-negara produsen minyak besar dunia soal produksi.

Melansir laman Wall Street Journal, Rabu (2/3/2016), harga  minyak Light Sweet ditutup naik 65 sen atau 1,9 persen menjadi US$ 34,40 per barel di New York Mercantile Exchange. Ini menjadi penutupan tertinggi sejak 5 Januari.

Sementara minyak Brent, patokan global, naik 24 sen atau 0,7 persen menjadi US$ 36,81 per barel di ICE Futures Europe. Ini juga menjadi level tertinggi sejak 4 Januari.

Harga minyak sempat jatuh di awal sesi, di tengah kekhawatiran tentang bertambahnya output setelah data AS menunjukkan penurunan produksi di dalam negeri.

Kondisi ini dipicu antara lain pernyataan Menteri Energi Rusia yang mengatakan, bahwa saat ini momen terakhir dari negara-negara penghasil minyak bersepakat untuk membekukan produksi minyak. Dan bahwa keputusan akhir tindakan ini akan diambil bulan ini.

Hal senada diungkapkan Menteri Energi Uni Emirat yang mengatakan, setiap orang harus bergerak menuju pembekuan produksi meski mereka suka atau tidak karena harga minyak mencapai posisi yang rendah saat ini.

Rusia, Arab Saudi, Venezuela dan Qatar pada bulan lalu mengumumkan jika mereka bersedia untuk membekukan produksi minyak. Namun, pelaku pasar tidak yakin apakah langkah ini akan membantu menurunkan membanjirnya pasokan minyak global.

Sementara Iran belum menyatakan akan berpartisipasi dalam kesepakatan. Produksi minyak Iran diperkirakan akan meningkat tahun ini seusai sanksi internasional dicabut.

Adapun produksi minyak AS melonjak dalam enam tahun terakhir, dipicu penggunaan teknologi pengeboran terbaru. Kondisi ini membuat pasar global mengalami kelebihan pasokan pada pertengahan 2014 dan membuat harga minyak terjun.

Sejak itu, produksi minyak AS menurun dari puncaknya pada April 2015, tetapi lebih lambat dari harapan beberapa investor.

Lembaga Administrasi Informasi Energi AS mengatakan pada Senin lalu, bahwa produksi minyaknya turun 43 ribu barel per hari, atau 0,5 persen menjadi 9,3 juta barel per hari pada Desember dari bulan sebelumnya. Itu penurunan lebih kecil dibandingkan dua bulan sebelumnya, ketika produksi turun lebih dari 70 ribu barel per hari.

Produksi minyak AS diperkirakan akan jatuh pada 2016 ini. Itu karena jumlah rig pengeboran minyak telah turun 75 persen dari puncaknya pada Oktober 2014. Selain itu sejumlah perusahaan besar telah mengumumkan bahwa mereka mengharapkan produksinya jatuh tahun ini.(Nrm/Ndw)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini